Otak Batu
Di atas puing berkabut
Daku berjalan menuju tangga
raksasa
Dalam otakku bertingkat
Dalam pikiranku tak melekat
Daku tabur impian dalam batu
hatiku
Daku angkat batu permataku
Daku genggam mata permataku
Tapi, mengapa dan mengapa
Ilmu dinginku diliputi batu
kekerasan
Oh, tak kusadar tak
kuhiraukan
Batu kekerasan hancur
Menjadi abu, abu, abu gersang
Daku bersandar ke batu api
Daku berdiri melawan nafsu
lengket
Di atas puing berkabut
Daku berkata, daku berusaha
Menggenggam ilmu
Dan menambah airmataku
Menjadi airmata biru
Khalilurrahman
Kematian
patahan besi hijau
berseragam berkalung tabir
kaki dipikul
tangan terpikir di keranda
La ilaha illallah
sambil berdzikir kepadamu
rayap-rayap mendoakan
kematiannya
pada jasat yang tak lagi berguna
dikubur
sebelum jasat terkubur
sebelum rahim tanah terkunci
ruh-ruh menjerit layaknya
bayi
karena ingin menghadap ilahi
terkubur
kini waktu tiba
malaikat Tuhan datang
bertanya
siapakah Tuhanmu?
lalu mayat menjawabnya
berbeda
di balik lampu merah
kobaran api membara
bukan diskotik
bukan pula tempat berdansa
Ach. Fauzi Anas
Jejak Langkah Kehidupanku
Kubuka mata ini dari hati
Yang penuh dengan butiranmu
Mutiara kejujuran
Kudenyutkan jantung ini
Di setiap tetesan embun
Yang mengalir di setiap dedaunan
pagi
Kusapa sang maha raja cahaya
Dan seribu sinar kehidupan
Yang memancarkan cahaya
kesehatan
Yang terserap di setiap
pori-pori
Sekujur tubuhku
Kulangkahkan kaki
Sedikit demi sedikit
Untuk mencari kehidupan baru
Yang penuh dengan warna-warni
Pintu kesuksesan
Sungguh indah dunia ini
Di suasana kehidupan baru
Yang terukir dari satu bait
kata
Yang mengandung seribu makna
Subhanallah!
Subhanallah!
Edy Mufty
Negeri Politik Hitam
Negeri ini negeri sakit hati,
Bung!
Negeri hati politik
Melambung-lambung luapan
Politik hitam
Melompat-lompat luapan
Politik hitam
Begitu cepat menerjang sampah
jalanan
Dengan tujuh koma enam miliar
rupiah
Negeri ini negeri politik
hitam, Bung!
Negeri pertengkaran politik
hitam
Yang satu jadi seribu
Yang takut jadi berani
Yang jujur jadi licik
Yang putih jadi hitam
Negeri ini negeri negeri
politik hitam, Bung!
Politik picik tidak beraturan
Berteriak... Berteriak...
Berdemo...
Bersama politik hitam
Politik hitam ini kejambung
Berani mengisap darah demi
kepentingan sendiri
Berdiskusi licik untuk
kepentingannya sendiri
Negeri ini negeri politik
hitam, Bung!
Negeri politik adu domba
M. Sufyan Astsauri
Rakyat Sampah
Kuterbangun dari
pulas tidurku
Kuberdiam di
telinga pintu,
Kumenatap jauh ke
arah sana
Wahai embun pagi
adalah keterangan kesenduan dan kelembutan,
Penghias di bawah
atap dunia
Sementara hujan
begitu pulas, seakan mangajakku tertidur
Di balik dedaunan
yang mulai tarlena dibuai embun
Burung burung pun
mengigil di balik kesunyian
Ingat ku berlari
jauh ke arah ruang dan waktu
Yang tak pernah ku
tapaki dan aku singgahi
Kudengar bisikan
bisik mu menelus di perempatan negri
Negri yang
terhimpit oleh desakan tikus-tikus berdasi
Rakyat kecil yang
tarpasung dalam bisikan bisu
Hanyalah tipuan
tuan, kita seperti hujan yang
Mengguyur sampah
sampah berserakan
Tanpa kalian
hiraukan
Hanyalah politik 3
dimensi yang kau mainkan di sudut sudut negeri
Hanyalah jas, dasi
dan kursi tanpa tau arti korupsi
Kau tertidur pulas
di istana negri menyuruh sana-sini
Rakyat kecil dijadikan
rekomendasi bahan nafkah anak istri
Luthfi Aldian Syah
Oreng ataneh mekol
landu’
Taretan lake’ se towa’an
nyamanah kaka’
Ka oreng toah wajib patondu’
Ma’ le ta’ tettih oreng se
celaka’
Entar le melleh ka pasar
prenduan
Le molenah olle bherkat
Pabennya’ alakoh kapekusen
Ma’ le ta’ kastah dhunnya
akherat
Ka pasar melleah rambutan
Pamangkatah amotoran
Ben sakanca’an ce’ atokaran
Ma’ le ta tettih permosoan
Pa’ camat mecce’ paker
Ma’ le ta’ roppu ka pungkanah
tomat
Ka ghuru ce’ korang acer
Mon terro elmoh se manfa’at
Pungkanah nyeor bennya’
buwenah
Buwenah jeh ngarajeh
Pa pekus tengka kulinah
Ma’ le tettih oreng se moljeh
Pae’ ,bhasa madhurenah pahit
Mon petteng ngangkuy senter
Aduh…Ale’-ale’ Majapahit
Lem alem tor penter
Entar ka pasar malem melle
kaos
Bileh olle langsung mole
Ka’dintoh Buletin nyamanah
Expose
Bile e beca engki sae
E Jogjakarta bedhe Brobudur
E Prenduan bedeh toko lonceng
Teater C2O engki bur lebur
Se amaen cet ki’ lanceng
Mon aghebei roma ce’ paperot
Kodhu ngangkui batoh pote
Madrasah laen nyorot
Hidayatut Thalibi tetep oke
Ta’ mateh tor ta’ odhi’
nyamanah koma
Bhasa kasara adhabu engki
acaca
Bhede salam dari OSIS MA
Engki ka’dintoh selamat
membaca
No comments:
Post a Comment