Friday, May 23, 2014

Dilema Berorganisasi

Oleh : Ulul Abror
adalah siswa kelas X MA. Hidayatut Thalibin. Hingga kini aktif di berbagai organisasi lokal pesantren dan merangkap beberapa jabatan penting di dalamnya. Selain sebagai wakil ketua OSIS dan ketua Sanggar Teater C2O, sekaligus menjadi sekretaris Ma'had Hidayatut Thalibin Rembang. Prestasinya di bidang akademik dan non akademik tak bisa diragukan lagi. Ia pernah meraih nobel Tauladan setingkat MTs. Hidaytut Thalibin tahun 2013-2014. Ia bisa dihubungi via email: roihan_c2o@ymail.com.




"Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah di mana orang-orang berkumpul di dalamnya dan bekerja sama secara terpimpin, terencana, tersistem, dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya material, lingkungan, metode, mesin, sarana dan prasarana lainnya, yang digunakan secara efektif dan efesien untuk kepentingan organisasi. Secara definitif, para ahli mendefinisikan organisasi sebagai satu kesatuan. James D. Money misalnya mendifinisikan orgnisasi sebagai bentuk dalam setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama"





Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai wadah di mana orang-orang berkumpul di dalamnya dan bekerja sama secara terpimpin, terencana, tersistem, dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya material, lingkungan, metode, mesin, sarana dan prasarana lainnya, yang digunakan secara efektif dan efesien untuk kepentingan organisasi. Secara definitif, para ahli mendefinisikan organisasi sebagai satu kesatuan. James D. Money misalnya mendifinisikan orgnisasi sebagai bentuk dalam setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.

Argumen Berorganisasi

Namun, apakah sebenarnya yang menyebabkan orang tergabung dalam suatu organisasi? Setiap orang tentu memiliki alasan tersendiri dan mungkin sangat pribadi. Meski demikian, secara umum Herbert G. Hieks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih berorganisasi. Pertama, alasan sosial (social reason). Dari sisi ini, sebagai zoon politicon atau makhluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting untuk berorganisasi demi pergaulan maupun pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial-psikologisnya.
Kedua, alasan material (material reason). Dalam beberapa hal, manusia masih bisa melakukan sendiri, tanpa perlu melibatkan orang lain. Tetapi itu sangat terbatas. Melalui bantuan orang-orang dalam organisasi, manusia dapat  melakukan tiga hal berikut ini, antara lain: dapat meningkatkan kemampuannya, menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai goal, dan dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun. Ketiganya mustahil terpenuhi tanpa intervensi yang lain.

Sisi Hitam Organisasi

Organisasi tidak selalu berbuah manis bagi anggotanya. Dengan kata lain, ada konsekuensi negatif yang harus ditanggung oleh seseorang ketika ia gagal mempolarisasi waktu dengan baik. Katakanlah misalnya jika seorang siswa terlalu fokus dalam organisasi sehingga waktu belajarnya menjadi berkurang, bisa dipastikan ia akan mengalami banyak kesulitan dalam masalah pelajaran. Ini pada satu sisi. Di sisi yang lain, jika ia tidak fokus dengan organisasi yang ia geluti, niscaya dalam internal organsasinya akan memperoleh stigma yang buruk dari sesama rekan kerjanya. Tentu saja karena akan banyak sekali program-program yang terbengkalai.
Sisi kelam yang lain dari organisasi juga menggambarkan bahwa ternyata “tidak semua organisasi itu baik”. Konkritnya, kita memotret  dengan gambar  zaman tiga lanas, zaman yang serba mudah sebagai zaman yang dikuasai budaya Barat. Maka seiring dengan hal itu, organisasi-organisasi masa kini sebagian telah terpengaruh budaya Barat. Misalnya, merebaknya geng-geng yang melancarkan tauran, geng bermotor, geng sabu-sabu, dan serentetan asosiasi bejat lainnya.

Membingkai Problema

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa mereka-reka problematika yang sangat mungkin menjalari setiap organisasi. Di sini, penulis mencoba menawarkan identifikasinya, antara lain: (1) pembagian waktu. Terkadang, tidak semua anggota organisasi pintar mengelola waktu, sehingga menimbulkan masalah-masalah individual maupun kolektif; dan (2) tanggung jawab yang besar. Terkadang pula, walaupun mereka termasuk dalam suatu organisasi, namun mereka hanya menginginkan jabatan semata untuk dibangga-banggakan. Padahal, sejatinya mereka tidak bertanggung jawab penuh, yang pada gilirannya akan menghasilkan kinerja dan prestasi yang buruk dalam organisasi.
Oleh karena itu, siswa yang bergelut di dunia organisasi perlu cerdas dalam mengatur waktu seoptimal mungkin. Selain itu juga harus mempunyai  kepribadian yang teguh, tidak ada unsur kebanggaan yang narsistik dan egoistik, tapi menjunjung tinggi spirit kebersamaan. Artinya, perlu adanya pengarahan diri terhadap segala aspek yang berkaitan dengan organisasi dan menganggap penting organisasi dalam pembentukan karakteristik siswa.

No comments:

Post a Comment