Friday, May 23, 2014

PROSA



Debar Kelulusan
Oleh: Hamidi




“Tidak! Pokoknya aku tidak terima kalo nilai mereka lebih tinggi dari kita. Masa gara-gara ada kunci jawaban, mereka malah enak-anakan gak belajar. Sedang kita? Kita susah-susah belajar lho,” Faris terus mencerocos.
“Ya sudahlah! Kalo nilai kita gak sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita terima saja. Mungkin itu ujian dari yang Mahakuasa. Yang jelas, semua pasti ada hikmahnya. Pasti,” tuturku datar.
Emang iya, Mey. Kita harus terima semua ujian dariNya. Tapi kita gak terima dengan semua ini,” ketus Joe.
“Sudahlah, friend. Gak apa-apa. Benar kata Mey, kita harus terima semua ini dengan keluasan hati,” Zaend menengahi.
Begitulah, kami berdebat tentang UN sesiang tadi.

***
Jam sudah menunjukkan tepat pukul 12.00 WIB. Perasaanku mulai gelisah tak menentu menunggu kedatangan ayahku yang pergi ke sekolah mengambil rapor. Aku mondar-mandir kesana-kemari. Suara motor ayahku terdengar dari dalam rumah, pertanda beliau sudah datang. Inilah waktu yang kutunggu-tunggu.
“Assalamualaikum,” suara ayahku di teras rumah.
“Waalaikumsalam warahmatullah,” dengan tangkas kujawab salam beliau dari dalam rumah. Aku pun bergegas menghampiri beliau dan menciumi tangan beliau.
“Nilai Mey gimana, Yah?” kataku membuka pembicaraan. Beliau hanya menatapku dengan bisu.
“Apa nilai Mey jelek, Yah?” tanyaku lagi. “Mey minta maaf, Yah, kalo nilai Mey gak sesuai sama yang Ayah harapin,” ucapku dengan nada sedih.

Kring…kring…kring…
Jam bekerku berdering, menunjukkan pukul 04.00 WIB. Masih pagi buta dan aku terbangun dari tidurku. “Alhamdulillah, ternyata cuma mimipi,” aku beranjak dari tempat tidurku dan bergegas mengambil air wudhu’.
Bismillahirrohmanirrahim…. Bismillahirrohmanirrahim…. Bismillahirrohmanirrahim… Ya Allah! Ya Rahman! Ya Rahim! Jika Engkau berkenan, hamba mohon kepadaMu, kabulkanlah doa’ hamba. Apa yang terjadi di dalam mimipi hamba Semalam, hamba harap tidak pernah terjadi dalam kenyataan. Amin ya robbal alamin.”
Waktu berlalu kian cepat. Hari demi hari, detik demi detik, menit demi menit, bahkan jam demi jam aku lewati. Satu minggu kian berlalu dengan cepat. Mimipi buruk itu telah sirna dari pikiranku dan telah menjadi nostalgia dalam hidupku.
* * *
Hari ini, tepat pada tanngal 28 Mei menjadi hari yang paling aku tunggu-tunggu. Perasaan gelisah itu kini hadir kembali dalam benakku. Entah kenapa dengan perasaanku ini? Pukul 07.00 WIB ayahku berangkat ke sekolahku untuk mengambil rapor. Perasaanku makin tak tenang ketika melihat ayahku pergi ke sekolah. Hhh.
            Selang beberapa jam kemudian, suara motor Ayah terdengar dari dalam rumah. Beliau sudah tiba dari sekolah mengambil raporku.
Assalamualaikum…” Ayahku memanggil salam setelah turun dari motornya yang ada di ters rumah.
Waalaikumsalam,” jawabku.
Sejenak aku terdiam. Ya Allah! Kenapa ini seperti dalam mimipiku? Ah. Tidak. Tidak. Semoga saja tidak sama. Amin. Bisikku dalam hati. Aku bergegas menghampiri Ayah sembari menciumi tangannya.
“Ayah, gimana nilai dengan Mey, Yah?” tanyaku.
Ayah hanya terdiam seribu bahasa. Tetapi matanya menatapku. Ya Rabb, ini benar-benar seperti apa yang ada di mimipiku semalam.
“Gimana, Yah? Gimana nilai Mey? Apa tak sesuai harapan?”
Ayah hanya tersenyum seraya berkata. “Ayah bangga sama kamu, Nak. Ayah sangat bangga. Tidak sia-sia ayah menyekolahkanmu, Nak. Nilai kamu rata-rata 9,5, dan itu sangat luar biasa.”
Mendengar ucapan ayah, air mataku menetes tak terasa. Aku hampir tidak percaya dengan semua ini. Hatiku sangat senang, bercampur rasa haru. Tapi gimana dengan teman-temanku? Apakah mereka sama denganku? Atau, apa mungkin nilai mereka jelek? Aku harap itu tidak pernah terjadi.

            Segera aku pergi ke kamarku untuk menanyai kepastian. Terdengar bunyi HPku dari depan pintu. Aku bergegas masuk. Kuambil HPku. Ternyata sudah ada 3 pesan diterima. Aku harap pesan yang aku baca menyenangkan.
            Pesan 1 dari Zaend. “Alhamdulillah.. aku lulus.”
            Pesan 2 dari joe. “Yeah! Aku lulus, friend………Alhamdulillah.
Hatiku sangat senang setelah membaca pesan dari mereka.
            Pesan ke 3 yang datang nya dari Fariz. “…Maaf friend, aku tidak lulus.”
Hatiku tertegun setelah membaca pesan dari Fariz. Kasihan dia.
“Ya Allah, kenapa harus temanku yang tidak lulus?” gumamku. Air mataku menetes dengan perasaan tidak terima dengan kenyataan ini. “Ya Allah, kenapa harus dia? Kenapa bukan hamba? Apa salah dia?”
Titut…Titut…Titut… HPku berbunyi. 1 pesan di terima dari Fariz.
Kamu nangis ya…? Hehe… Kena tipu kau…
Aku tersenyum setelah membaca pesan fariz yang terakhir. Rupanya aku dikerjain sama dia. Hmm. Ada-ada saja!

Penulis siswa kelas XII

No comments:

Post a Comment