Pacaran sudah menjadi trend masa
kini. Ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu, status sosial, ekonomi, dan agama
apa saja. Dampak yang sangat nyata bisa dilihat dari berbagai kasus yang
terkuak di berbagai media. Baru-baru ini misalnya, minggu (20/01/2013) tahun
lalu, seorang bocah berusia 10 tahun berinisial RA alias OC, warga jalan
Sempiang pasar Kepahiang nekat melakukan bunuh diri hanya karena ia patah hati,
cintanya di tolak SA, gadis seusia yang merupakan teman bermainnya. Warga
dibikin heboh karena bocah kelas VI SDN Kepahiang ini memanjat tower Telkomsel
setinggi 100 meter didepan Masjid Jamik pasar Kepahiang.
Sementara minggu (27/01/2013), Dafne
bocah berusia 9 tahun melahirkan bayi perempuan di Zoquipan Hospital, di
Mexico, hasil hubungan gelapnya dengan kekasih yang baru berusia 17 tahun.
Disusul kemudian di Chilecito, Santa Fe, 100 meter dari ibu kota Argentina,
seorang siswi berusia 12 tahun melahirkan bayi kembar, kamis (07/02/2013), juga
karena hubungan asmaranya dengan sang kekasih.
Masih baru-baru ini, seorang siswi
kelas XII MAN di Nipah Panjang melahirkan ketika sedang mengikuti perkemahan di
Kecamatan Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur, sekitar senin (28/01/2013). Siswi
15 tahun inipun langsung di keluarkan dari sekolah. Umiratul Ayun siswi kelas I
SMK swasta di Ponorogo melahirkan di toilet sekolahnya. Bayi hasil hubungan
intimnya dengan sang pacar ditemukan sudah tewas di tempat pada kamis
(25/02/2012) akhir tahun lalu.
Berbeda dengan kasus di Lampung,
seorang siswi kelas 10.7 SMA membuang bayinya di toilet Rumah Makan Simpang
Raya, Desa Gayam, Kecamatan Panengahan, Rabu (15/12/2010) tahun lalu. Bayi itu
ditemukan Abdul Malik, petugas kebersihan Moshalla RM di dalam kantong pelastik
berwarna putih, sebelum akhirnya bayi laki-laki itu meninggal.
Sampai disini, tidak lantas harus
disimpulakn bahwa pacaran adalah hal yang tabu dan terlarang. Kendati memang
tidak sedikit yang menjadi rusak karenanya. Ada beberapa persepsi yang perlu
dilihat. Pertama, secara literal pacaran berarti berkasih-kasihan,
saling cinta, saling menyayangi atau saling suka satu sama lain. Jadi, pacaran
dipahami hanya sekedar rasa, tidak lebih. Dari sisi ini, sebenarnya tidak ada
masalah. Sudah kodrat manusia saling mencintai dan menyayangi.
Kedua, bahwa pacaran
merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya masih dalam
tahap pencarian kecocokan untuk menuju pada jenjang kehidupan berkeluarga.
Persepsi semacam ini biasanya masih berpegang pada norma-norma yang berlaku,
baik yang bersumber dari budaya, agama, hingga adat istiadat.
Ketiga, bahwa pacaran di
persepsi sebagai hubungan asmara di lur nikah dengan lawan jenis, namun
orientasinya adalah kemesuman. Persepsi ketiga ini yang sesungguhnya smenjadi
sasaran hukum diharamkannya pacaran, sehingga pacaran menjadi hal tabu dan
terlarang karena dapat merusak dan mengganggu stabilitas sosial. Hal ini juga
bertentangan dengan agama, adat dan budaya oriental yang sarat nilai.
Valentine sering kali
dijadikan batu loncatan bagi mereka yang menekuni dunia pacaran tipe ketiga
itu. Di kota Tarakan, Kalimantan Timur, Kamis (14/2/2013), sebanyak 30 pasangan
mesum terjaring razia di hotel kelas melati. Tujuh di antaranya adalah PNS.
Keesokan harinya, Jum’at (15/2/2013) dini hari, tak tanggung-tanggung 120 orang
diringkus petugas dalam razia gabungan yang digelar di sejumlah tempat hiburan
dan hotel-hotel kelas murah, di sekitar jalan Embong Malang Surabaya. Namun,
tetaplah percaya: ghadan asyaddu isyrâqan []
No comments:
Post a Comment